Ketika Kehidupan dan Kekuasaan Tak Berarti
Suatu ketika kehidupan menjadi begitu tak berarti, hanya ada ketakutan bahwa kehormatan yang sangat dijunjung tinggi itu akan hancur seperti
Tak ada keinginan untuk memperbaiki diri, berusaha agar hal itu bisa terbalas di kemudian hari. Seluruhnya diyakini dapat selesai hanya dengan kematian. Harakiri atau apapun namanya, dilakukan hanya agar
Jangan berbicara tentang Tuhan kepada mereka. Tak ada Tuhan yang dapat menyelamatkan hidup mereka. Tak akan ada malaikat atau bahkan setan yang akan menghalangi Izrail untuk membetot nyawa mereka dari tubuh-tubuh yang seakan tidak dialiri darah dan bukan terbuat dari daging serta tulang belulang tetapi hanya tersusun dari keping-keping kehormatan yang ditumpuk dari awal kehidupan hingga kini.
Jangan pula sok untuk memberikan ceramah dan pidato mengenai kehidupan atau malah menakut-nakuti mereka dengan neraka atau murka Tuhan. Mereka tidak hidup untuk itu...bagi mereka kini, itu hanyalah sebuah dongeng yang diceritakan ketika mereka akan berangkat tidur ketika kecil dahulu. Bagi mereka takkan ada ketakutan yang mampu mengalahkan ketakutan mereka ketika dihina oleh musuhnya, ketika mereka disiksa dan dipenjarakan justru oleh nilai-nilai yang mereka bela dan mereka bina selama ini.
Ah...hanya bunga kematian yang mereka inginkan...mereka takkan meminta bintang-bintang jasa disematkan ke dada mereka. Mereka juga takkan menuntut piagam penghargaan untuk dipajang di rumah-rumah keturunan mereka. Mereka hanya menuntut agar diberikan harum bunga kematian. Mereka hanya menuntut agar
Mereka hanya ingin agar penguasa tidak hanya mendengarkan apa kata pejabat dan bangsawan, tetapi dengarlah apa kata dan cerita rakyat yang harus berkeringat hanya untuk mendapatkan
Merekalah penguasa yang sebenarnya, yang ketika mereka lewat rakyat akan berdiri dan membungkuk untuk menghormati mereka, yang doa-doa dilantunkan untuk kesejahteraan mereka dan keluarganya serta tempat harapan-harapan digantungkan.
Merekalah penguasa yang sebenarnya...bukannya pejabat yang hanya pintar
Merekalah tuan dan teman untuk rakyatnya...
Sudirman #20,
Comments on "Ketika Kehidupan dan Kekuasaan Tak Berarti"